Insan sepak bola Indonesia nampaknya sudah geram dengan kondisi sepak bola dalam negeri. Kasus yang dahulu pernah mencabik – cabik pimpinan PSSI, kemudian pengambil alihan ketua setelah itu terjadi PSSI tandingan dan terciptalah dualilsme pertandingan. Kondisi sepak bola dalam negeri yang terpecah itu kemudian menghadirkan dualisme klub.
Akibat dari dualisme klub dan dualisme turnamen tersebut, Indonesia hampir saja dijatuhkan hukuman yang berat dari FIFA. Namun berkat upaya yang tidak kenal menyerah dan didukung penuh oleh seluruh lapisan masyarakat Indonesia, akhirnya sepak bola Indonesia bisa selamat dan bisa melangsungkan turnamen lagi.
Namun di era pemerintahan yang baru ini, dunia sepak bola dalam negeri kembali memanas. Imam Nachrowi, Menteri Pemuda dan Olah Raga membubarkan PSSI yang dianggap tidak kompeten untuk kemajuan sepak bola dalam negeri.
Kemenpora kemudian membentuk tim transisi untuk menggantikan PSSI sementara. PSSI yang dicabut izinnya oleh Kemenpora kemudian menghentikan kompetisi turnamen sepak bola nasional. Kompetisi ISL 2015 yang seharusnya bergulir terpaksa dibubarkan lebih dini. Hal ini kemudian menyebabkan polemic di setiap klup peserta kompetisi. Beberapa klub yang merugi akibat penghentian kompetisi terpaksa membubarkan klub. Beberapa juga ada yang mengistirahatkan pemain hingga batas waktu tertentu sambil menunggu masa depan turnamen sepak bola Indonesia.
PT Liga Indonesia selaku operator sepak bola Indonesia, telah berkoordinasi dengan banyak pihak termasuk dari perwakilan tiap klub kemudian melakukan rapat penting untuk membahas kondis sepak bola Indonesia. dari hasil RUPS PT Liga Indonesia memutuskan untuk mengadakan kembali turnames sepak bola yang disebut turnamen pramusim 2015 – 2016. Turnamen ini nantinya akan diikuti oleh 18 klub peserta ISL. Pembentukan tim transisi oleh kemenpora juga tidak mau kalah, mereka kemudian juga bersiap mengadakan turnamen sepak bola dengan judul Piala Kemerdekaan.
Dua operator sepak bola tersebut sepertinya ingin membuktikan dirinya kepada para pecinta sepak bola Indonesia. Jika keduanya tetap melaksanakan turnamenya masing – masing maka dualisme turnamen sepak bola Indonesia jilid dua akan kembali lagi. Dualisme turnamen sepak bola ini mungkin tidak hanya akan memecah belah klub tetapi bisa menghadirkan petaka lain yakni sanksi dari FIFA. Jika sanksi FIFA benar – benar turun maka bisa dipastikan dalam beberapa tahun ke depan masyarakat pecinta sepak bola tidak akan bisa menikmati lagu suguhan sepak bola dalam negeri sama seperti apa yang pernah terjadi di beberapa negara lain yang pernah merasakan perihnya sanksi FIFA.