Peluang investasi di bidang kelautan Jatim sangat besar dan potensial, karena jatim merupakan tempat investasi yang tepat karena beberapa komoditi perikanan dan kelautan Jatim telah diekspor ke mancanegara dan menambah devisa negara.
“Komoditi perikanan dan kelautan seperti udang, lele, tuna, rumput laut dari Jatim telah menambah devisa negara. Tahun 2014 mencapai nilai 1,3 M US$ atau 27% ekspor kelautan nasional berasal dari Jatim,” urai Gubernur Jatim Soekarwo memaparkan saat menyampaikan sambutan pada acara Konferensi Nasional Pengelolaan Sumberdaya Laut Pesisir dan Pulau Pulau Kecil ke IX di Hotel JW Marriot, Surabaya, Rabu (19/20) malam.
Dijelaskannya, Jatim telah mengembangkan budidaya tambak udang dan bandeng di wilayah pesisir. Luas areal perikanan budidaya di wilayah pesisir Jatim sebesar 51.292 HA, dengan volume produksi sebesar 177.077 ton. Sedangkan potensi budidaya laut mencapai 134.832 HA dengan nilai produksi sebesar Rp. 1,1 trilyun. “Selain banyaknya volume produksi hasil budidaya ikan laut dan tambak, tahun 2014 Pemprov Jatim juga memiliki 14 pelabuhan perikanan,” imbuh Pakde Karwo sapaan lekat Gubernur.
Selain pembangunan infrastruktur berupa pelabuhan di Jatim, upaya man power building khususnya nelayan akan dilakukan dengan meningkatkan ketrampilan penangkapan ikan di laut. Nelayan Jatim harus merubah pola penangkapan ikan, dari penangkapan di perairan pantai menjadi penangkapan ikan di perairan dalam. “Kebiasaan nelayan one day fishing dengan menggunakan alat sederhana harus diubah dengan teknologi baru, agar nelayan bisa bertahan di tengah lautan hingga seminggu. Makin lama nelayan di laut maka hasil tangkapannya akan semakin banyak,” ungkapnya.
Ia menambahkan, Pemprov Jatim telah membuat Peraturan Daerah (Perda) No. 6 Tahun 2012 tentang Pengelolaan dan Rencana Zonasi Wilayah Pesisir dan Pulau-pulau Kecil (RZWP3K) Provinsi Jatim Tahun 2012 s/d 2032. Perda itu merupakan bentuk pengembangan dan pengawasan kelautan, pesisir dan pulau-pulau kecil. Selain itu Pemprov juga aktif bekerjasama dengan Pemkot Surabaya untuk rehabilitsi Mangrove. “Perda yang kami buat merupakan pioner nasional, dan sudah diimplementasikan. Karenanya daerah-daerah lain bisa melihat bahkan meniru Perda yang sudah kami buat,” katanya.
Selain itu, Pakde Karwo juga menjelaskan potensi garam di Jatim, dalam skala nasional Jatim menyuplai kebutuhan garam nasional sebesar 70%. Namun permasalahan garam secara nasional adalah masih adanya kebijakan impor garam oleh pemerintah, serta rendahnya mutu dan harga garam rakyat.
Dalam rangka melindungi hasil produksi petani garam Pemprov Jatim mengeluarkan Pergub No. 78 tahun 2011 tentang pengendalian garam import dan pemberdayaan usaha garam rakyat. Pemprov juga bekerjama dengan Polda Jatim untuk menindak pelaku yang dapat merusak harga garam. “Pemerintah Pusat melalui KKP harus turun tangan untuk menyelesaikan pergaraman nasional,” pungkasnya.
Dalam kesempatan yang sama, Menteri KKP Susi Pudjiastuti menyampaikan, Indonesia adalah Negara maritim terbesar kedua di dunia dengan perairan seluas 93 ribu km2 dan panjang pantai sekitar 81 ribu km2, atau hampir 25% panjang pantai di dunia. Tapi angka ekspor budidaya ikan dan laut Indonesia hanya kelima di Asia tenggara. “Negara tetangga yang wilayah lautnya hanya seperlima dari total wilayah Indonesia, portofolio ekspornya mencapai 5 hingga 10 kalinya Indonesia,” tambahnya.
Ia meminta kepada seluruh stakeholder dan pemimpin daerah untuk membangkitkan kepedulian bahwa laut harus menjadi sumber daya untuk seluruh masyarakat. Di wilayah laut Indonesia banyak didatangi kapal-kapal asing untuk menangkap ikan secara liar, padahal seluruh dunia melarang penangkapan ikan secara ilegal. “Sebab itulah saya membuat moratorium, kapal-kapal asing tersebut bukan investasi tapi hanya mengeruk sumber daya laut indonesia. Mereka menggunakan alat tangkap yang merusak kelestarian laut dan sudah tidak diijinkan di seluruh dunia,” jelasnya.